Selepas kepergian klotania,
mahaga teringat perkataan klotania yang berbicara tentang keselamatan, ia takut
dan resah akan keselamatan orang lain, karena dia tak ingin seperti dirinya
yang diusir dari negaranya, namun apa dikata, klotania telah berniat untuk menyelamatkan
dirinya.
Matahari pun terbenam memasuki
malam, klotania bertemu dengan sahabatnya peida dari klan Raseb yang sedang
mencari bahan obat - obatan di sebuah lembah, klotania pun menceritakan seluruh
kejadian yang terjadi terhadap mahaga dan menceritakan perasaan ibanya yang tak
tahan melihat siksaan yang di alami mahaga. Mendengar cerita klotania tentang
apa yang dilihatnya, Peida tak banyak bertanya dan peida bersedia untuk
membantunya, walau harus berhadapan dengan resiko yang mengancam keselamatannya.
Karena dia tahu tiada yang lebih berharga dihidup ini selain berkorban untuk
orang lain yang berhati mulia.
Malam semakin larut namun
klotania belum juga tiba untuk menyelamatkan mahaga, hal itu membuat mahaga
resah, karena mahaga telah menerima berita dari pemerintahan bahwa esok ia akan
di eksekusi mati, namun di sisi lain ia pun cemas akan keselamatan klotania
yang bercerita tentang keselamatan dirinya. Mahaga dilema akan hal itu. Dan ia
pasrah bila harus mati kalau klotania tak menyelamatkannya.
Hingga dini hari klotania belum
juga muncul, ia hanya dapat mendengar suara orang yang berjalan di gelapnya
bumi dari kejauhan dengan kekuatan pendengaran yang diadopsi dari 13 sample
darah yang ia suntikkan ketubuhnya. Dan ia merasakan jarak nya pun semakin dekat dengan dirinya.
Ia berharap semoga itu adalah klotania, namun dengan ketajaman matanya, ia berputus
asa karena yang ia lihat adalah sosok manusia kekar, sosok itu memaksanya
menggali rasa putus asa semakin dalam
dihatinya. Ya, ternyata dugaannya benar, itu adalah seorang penjaga, yang
bertugas memastikan dirinya tetap dalam ikatan.
Mahaga pun menunduk, dan
menghapus harapannya. Ditengah harapan mahaga yang putus, ternyata klotania
telah berada disekitar lapangan, mereka menyelinap, dan mencari celah yang
pasti untuk menyelamatkan mahaga. Namun semua rencana yang telah klotania dan
peida atur, tak berjalan lancar. Mereka ketahuan oleh penjaga.
“aku akan membereskan penjaga
ini. Ketika aku bertarung dengannya, jangan sia – sia kan waktu untuk
menyelamatkan mahaga” ucap peida
“baiklah” sambut klotania
Dan akhirnya terjadilah
pertempuran antara peida dengan penjaga. Melihat pertarungan berlangsung,
dengan sigap klotania tidak menyia – nyiakan kesempatan, ia langsung berlari
menyelamatkan mahaga.
Klotania melepas ikatan mahaga yang
menunduk dengan mata tertutup, mahaga tak membuka matanya sedikitpun, karena
dia meyakini bahwa yang melepas ikatannya adalah penjaga, bukannya klotania
yang ia harapkan. Klotania pun berhasil melepas ikatan mahaga ditengah – tengah
pertempuran antara sahabatnya peida dengan penjaga. Setelah mahaga menyadari
iktannya terlepas, dia pun merasakan kejanggalan karena dirinya tak sedikitpun
di sentuh, kemudian dia membuka matanya. Mahaga terkejut, ternyata yang ia
pikirkan tak sesuai dengan kenyataan, ia melihat klotania dihadapannya.
“terimakasih klotania” mahaga
tersenyum dengan wajah yang lelah.
“ya, namun kita tak mempunyai
cukup waktu untuk berlama – lama disini, kita harus bergegas pergi”
“baiklah, siapa yang bertarung
disana?”
“itu sahabat yang kuceritakan
kepadamu, peida namanya, ayo bergegas”
Mahaga dan klotania pergi menuju
tempat pertarungan, mereka melihat peida bertarung melawan penjaga. Mahaga
sebenarnya ingin membantu, namun dia tak memiliki cukup energy lagi untuk
melakukannya.
“kau tampak terlalu letih mahaga”
“ya”
“minum lah ini” (sambil
memberikan ramuannya)
“apa ini?” Tanya mahaga
“minumlah, itu ramuan penambah
energy yang aku racik sendiri”
Tanpa banyak tanya mahaga pun
meminumnya, dan merasakan reaksi dari ramuan yang diberikan klotania. Tubuhnya
langsung merasakan energy dari ramuan yang diberi klotania.
Melihat keadaan pertarungan yang
semakin sengit, mahaga pun membantu peida yang telah terjatuh dan terancam
mati. Dengan kecepatan yang dimilikinya, ia langsung menyerang penjaga, lagi
dan lagi 13 sample darah nya belum bisa terkontrol, hingga menyebabkan
kegaduhan ditengah heningnya malam, klotania pun terkejut melihat mahaga yang
mengamuk sejadi – jadinya, klotania tak menyangka. Hingga pada akhirnya
klotania melihat mahaga membunuh petugas di depan matanya. Klotania pun takut
dan merasa terancam melihat mahaga yang penuh dengan luapan kemarahan.
Setelah membunuh petugas, mata
mahaga tertuju pada klotania, dan seakan mahaga ingin membunuhnya juga. Ketika
mahaga mendekati klotania, dengan sigap peida pun langsung memukul mahaga yang
sedang marah, karena ia takut terjadi hal yang tidak ia inginkan. Pertarungan
mahaga dan peida pun berlangsung, hingga ditengah pertempuran ketika mahaga
ingin melancarkan pukulan tangan kirinya, seketika mahaga terjatuh. Energy dari
ramuan yang diberikan klotania habis begitu cepat.
Melihat kejadian itu peida
bergegas mendekati mahaga, dan ingin membunuhnya,
“mati kau!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Klotania berteriak kencang
“jangan, jangan lakukan itu peida”
Peida yang mendengarkan teriakan
itu menghentikan hasrat membunuhnya.
“Jangan lakukan itu peida, aku
tak sanggup bila aku melihat sahabat ku membunuh orang lain, aku tak ingin kau
melakukannya. Biarkan dia, dia sudah tidak berdaya lagi” ucap klotania dengan
penuh rasa iba.
Peida hanya terdiam, kemudian
klotania memberanikan diri mendekati mahaga,
“ maafkan aku, aku tak bermaksud
untuk melakukan kekejiaan. Aku tak tau mengapa ini bisa terjadi, tolong aku
klotania.” Dengan suara lirih
“jangan dengarkan dia klotania,
dia hanya bersandiwara, tinggalkan saja dia disini. Mari kita bergegas pergi,
keadaan sekarang ini buruk untuk kita.” Tegas peida
Klotania terdiam..
“kumohon tolong aku, aku akan
menjelaskan semuanya kepada kalian berdua” bujuk mahaga
“apalagi yang ingin kau jelaskan?
Kau hanya seorang monster yang tak tau terimakasih” jawab peida yang menahan
amarahnya.
“aku mohon tolong aku”
Klotania merasa seperti di ombang
ambingkan gelombang laut, namun perasaan iba terlalu kuat dalam dirinya.
“ayo bergegas, tunggu apalagi
klotania.” Seru peida mengajak klotania
“aku tak bisa peida, kita juga
harus menyertakan dia. Dia sudah lemah, dia tak mungkin bisa lagi untuk melakukan
pertempuran” sahut klotania
“terserah kau saja, ayo cepat……”
Klotania peida dan mahaga pun
bergegas pergi meninggalkan lokasi, mereka berjalan menuju gua yang berada di
tanah tak berpenghuni. Mereka beristirahat dan menenagkan diri, hingga mereka
tertidur dan terbangun oleh cahaya matahari di pagi hari.